Sabtu, 14 Desember 2013

DOKUMEN SOP BERLANGGANAN APLIKASI TOKO PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA – DIVISI BUSINESS SERVICE JL. LETJEN S. PARMAN KAV 8 JAKARTA BARAT 11440 Aplikasi Toko merupakan aplikasi bisnis yang mudah dan sederhana untuk para pelaku usaha perdagangan. Aplikasi ini meliputi fungsi Kasir (POS), Penjualan, Pembelian, Persediaan dan fungsi manajemen multi lokasi. Aplikasi Toko (www.aplikasi-toko.com) merupakan hasil kerjasama antara TELKOM dengan PT. INFORSYS (www.dokuku.com), sehingga banyak kata “dokuku” dijumpai dalam aplikasi ini. Untuk memulai menjadi pengguna aplikasi toko ini beberapa langkah mudah yang harus dilakukan adalah : 1. Sebelum berlangganan aplikasi-toko, calon pengguna harus memahami aplikasi-toko ini dengan membaca dokumen Manual Aplikasi-Toko atau Video Aplikasi-Toko yang terdapat pada website www.aplikasi-toko.com 2. Apabila calon pengguna berkeinginginan untuk melakukan uji coba secara free (FREE TRIAL), calon pengguna dapat melakukan login menggunakan user FACEBOOK atau TWITTER dengan meng-klik icon yang terdapat pada bagian bawah website www.aplikasi-toko.com

Jumat, 13 Desember 2013

DOKUMEN SOP BERLANGGANAN APLIKASI TOKO PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA – DIVISI BUSINESS SERVICE JL. LETJEN S. PARMAN KAV 8 JAKARTA BARAT 11440 Aplikasi Toko merupakan aplikasi bisnis yang mudah dan sederhana untuk para pelaku usaha perdagangan. Aplikasi ini meliputi fungsi Kasir (POS), Penjualan, Pembelian, Persediaan dan fungsi manajemen multi lokasi. Aplikasi Toko (www.aplikasi-toko.com) merupakan hasil kerjasama antara TELKOM dengan PT. INFORSYS (www.dokuku.com), sehingga banyak kata “dokuku” dijumpai dalam aplikasi ini. Untuk memulai menjadi pengguna aplikasi toko ini beberapa langkah mudah yang harus dilakukan adalah : 1. Sebelum berlangganan aplikasi-toko, calon pengguna harus memahami aplikasi-toko ini dengan membaca dokumen Manual Aplikasi-Toko atau Video Aplikasi-Toko yang terdapat pada website www.aplikasi-toko.com 2. Apabila calon pengguna berkeinginginan untuk melakukan uji coba secara free (FREE TRIAL), calon pengguna dapat melakukan login menggunakan user FACEBOOK atau TWITTER dengan meng-klik icon yang terdapat pada bagian bawah website www.aplikasi-toko.com 3. Setelah calon pengguna memahami aplikasi-toko, maka untuk berlangganan aplikasitoko ini calon pengguna cukup membuka www.aplikasi-toko.com dan meng-klik pada bagian kiri bawah KOLOM BERLANGGANAN, sehingga akan muncul halaman registrasi aplikasi toko (dokuku) sebagai berikut : 4. Sebelum mengisi halaman registrasi, PASTIKAN bahwa calon pengguna sudah memiliki TELKOM ID. Cara mendaftarkan TELKOM ID adalah klik pada halaman registrasi tersebut pada bagian Daftar Telkom ID (atau membuka website baru http://my.telkom.co.id ), sehingga akan muncul halaman sbb : 5. Isi semua data (terutama yang ditandai bintang) : USERNAME, EMAIL, NAMA LENGKAP, NO HP. Setelah selesai mengisikan semua data diatas maka akan muncul halaman sbb : 6. Setelah mengisi form berlangganan seperti : NAMA TOKO, EMAIL (TELKOM ID), ALAMAT, KOTA, PROPINSI, NAMA PEMILIK, EMAIL PEMILIK, maka permintaan akan dikirim ke EMAIL calon pengguna sbb : 7. Beberapa saat ( kurang lebih 10 – 30 detik) maka Calon Pengguna dapat membuka email (disarankan menggunakan email publik seperti gmail, yahoo, dll) untuk memastikan menerima dari ADMIN DOKUKU terkait permintaan aktifasi berlangganan aplikasi-toko (dokuku). 8. Untuk melengkapi permintaan berlangganan aplikasi toko (dokuku), klik tautan yang ada di email tersebut. Setelah di klik maka status USER Calon pengguna sudah aktif 9. Untuk memulai menggunakan aplikasi-toko (dokuku), Calon pengguna boleh menggunakan web www.dokuku.com dengan masuk (login) menggunakan TELKOM ID (tulisan merah My Telkom) yang sudah diregistrasi tadi; Atau melalui website www.aplikasi-toko.com dengan LOGIN aplikasi toko menggunakan Nama Akun dan Sandi (password) sesuai dengan Nama Akun dan Sandi di TELKOM ID yang sudah didaftarkan 10. Setelah LOGIN memasukan Nama Akun dan Sandi maka masuklah pada aplikasi-toko (dokuku) dan memulai aplikasi. 11. Untuk pengoperasian selanjutnya secara lengkap aplikasi-toko (dokuku) terdapat dalam Buku Manual Aplikasi-Toko ( terpisah dari SOP ini) atau melalui Video Tutorial Aplikasi- Toko yang terdapat pada website www.aplikasi-toko.com atau dapat di download di You Tube. Untuk bantuan informasi registrasi aplikasi-toko atau registrasi melalui Telkom ID atau hal hal lain terkait cara berlangganan aplikasi-toko ini dapat menghubungi Call Center 24 jam kami di nomor (021) 500-250 Terima kasih

Minggu, 22 September 2013

KESENIAN

BUDAYA

Loading...
arsip

MENU

Loading...
arsip

Kamis, 29 Agustus 2013

Makna Dibalik Simbol Punakawan

Makna Dibalik Simbol Punakawan

semar-gareng-petruk-bagong
mar-gareng-petruk-bagong1.jpg?w=560&h=373" style="border: 1px solid rgb(187, 187, 187); clear: both; display: block; height: auto; margin: 0.8075em auto; max-width: 100%; padding: 1px;" width="560" />1. Ki Lurah Semar (simbol ketentraman dan keselamatan hidup)
Membahas Semar tentunya akan panjang lebar seperti tak ada titik akhirnya. Semar sebagai simbol bapa manusia Jawa. Bahkan dalam kitab jangka Jayabaya, Semar digunakan untuk menunjuk penasehat Raja-raja di tanah Jawa yang telah hidup lebih dari 2500 tahun. Dalam hal ini Ki Lurah Semar tiada lain adalah Ki Sabdapalon dan Ki Nayagenggong, dua saudara kembar penasehat spiritual Raja-raja. Sosoknya sangat misterius, seolah antara nyata dan tidak nyata, tapi jika melihat tanda-tandanya orang yang menyangkal akan menjadi ragu. Ki Lurah Semar dalam konteks Sabdapalon dan Nayagenggong merupakan bapa atau Dahyang-nya manusia Jawa. Menurut jangka Jayabaya kelak saudara kembar tersebut akan hadir kembali setelah 500 tahun sejak jatuhnya Majapahit untuk memberi pelajaran kepada momongannya manusia Jawa (nusantara). Jika dihitung kedatangannya kembali, yakni berkisar antara tahun 2005 hingga 2011. Maka bagi para satria momongannya Ki Lurah Semar ibarat menjadi jimat; mung siji tur dirumat.  Selain menjadi penasehat, punakawan akan menjadi penolong dan juru selamat/pelindung tatkala para satriamomongannya dalam keadaan bahaya.
 Dalam cerita pewayangan Ki Lurah Semar jumeneng sebagai seorang Begawan, namun ia sekaligus sebagai simbol rakyat jelata. Maka Ki Lurah Semar juga dijuluki manusia setengah dewa. Dalam perspektif spiritual, Ki Lurah Semar mewakili watak yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih dan tidak pernah tertawa terlalu riang. Keadaan mentalnya sangat matang, tidak kagetan dan tidak gumunan. Ki Lurah Semar bagaikan air tenang yang menghanyutkan, di balik ketenangan sikapnya tersimpan kejeniusan,  ketajaman batin,  kaya pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan. Ki Lurah Semar menggambarkan figur yang sabar, tulus, pengasih, pemelihara kebaikan, penjaga kebenaran dan menghindari perbuatan dur-angkara. Ki Lurah Semar juga dijuluki Badranaya, artinya badra adalah rembulan, naya wajah. AtauNayantakanaya adalah wajah, taka : pucat. Keduanya berarti menyimbolkan bahwa Semar memiliki watak rembulan (lihat thread: Pusaka Hasta Brata). Dan seorang figur yang memiliki wajah pucat, artinya Semar tidak mengumbar hawa nafsu. Semareka den prayitnasemare artinya menidurkan diri, agar supaya batinnya selalu awas. Maka yang ditidurkan adalah panca inderanya dari gejolak api atau nafsu negatif. Inilah nilai di balik kalimat wani mati sajroning urip (berani mati di dalam hidup). Perbuatannya selalu netepi kodrat Hyang Widhi (pasrah), dengan cara mematikan hawa nafsu negatif. Sikap demikian akan diartikulasikan ke dalam sikap watak wantun kita sehari-hari dalam pergaulan, “pucat’ dingin tidak mudah emosi, tenang dan berwibawa, tidak gusar dan gentar jika dicaci-maki, tidak lupa diri jika dipuji, sebagaimana watak Badranaya atau wajah rembulan.
Dalam khasanah spiritual Jawa, khususnya mengenai konsep manunggaling kawula Gusti, Ki Lurah Semar dapat menjadi personifikasi hakekat guru sejati setiap manusia. Semar adalah samar-samar, sebagai perlambang guru sejati atau sukma sejati wujudnya samar bukan wujud nyata atau wadag, dan tak kasad mata. Sedangkan Pendawa Lima adalah personifikasi jasad/badan yang di dalamnya terdapat panca indera. Karena sifat jasad/badan cenderung lengah dan lemah, maka sebaik apapun jasad seorang satria, tetap saja harus diasuh dan diawasi oleh sang guru sejati agar senantiasa eling dan waspadha. Agar supaya jasad/badan memiliki keteguhan pada ajaran kebaikan sang guru sejati. Guru sejati merupakan pengendali seseorang agar tetap dalam “laku” yang tepat,pener dan berada pada koridor bebener. Siapa yang ditinggalkan oleh pamomong Ki Lurah Semar beserta Gareng, Petruk, Bagong, ia akan celaka, jika satria maka di negerinya akan mendapatkan banyak malapetaka seperti : musibah, bencana, wabah penyakit (pageblug), paceklik. Semua itu sebagai bebendu karena manusia (satria) yang ditinggalkan guru sejati-nya telah keluar dari jalurbebener.
 Jika ditinjau dari perspektif politik, kelompok Punakawan Ki Lurah Semar dan anak-anaknya Gareng, Petruk, Bagong sebagai lambang dari lembaga aspirasi rakyat yang mengemban amanat penderitaan rakyat. Atau semacam lembaga legislatif. Sehingga kelompok punakawan ini bertugas sebagai penyambung lidah rakyat, melakukan kritikan, nasehat, dan usulan. Berkewajiban sebagai pengontrol, pengawas, pembimbing jalannya pemerintahan di bawah para Satria asuhannya yakni Pendhawa Lima sebagai lambang badan eksekutif atau lembaga pemerintah. Dengan gambaran ini, sebenarnya dalam tradisi Jawa sejak masa lampau telah dikenal sistem politik yang demokratis.
 2. Nala Gareng
Nala adalah hati, Gareng (garing) berarti kering, atau gering, yang berarti menderita. Nala Gareng berarti hati yang menderita. Maknanya adalah perlambang “laku” prihatin. Namun Nala Gareng diterjemahkan pula sebagai kebulatan tekad. Dalam serat Wedhatama disebutkan gumeleng agolong-gilig. Merupakan suatu tekad bulat yang selalu mengarahkan setiap perbuatannya bukan untuk pamrih apapun, melainkan hanya untuk netepi kodrat Hyang Manon. Nala Gareng menjadi simbol duka-cita, kesedihan, nelangsa. Sebagaimana yang tampak dalam wujud fisik Nala Gareng merupakan sekumpulan simbol yang menyiratkan makna sbb:
Mata Juling:
Mata sebelah kiri mengarah keatas dan ke samping. Maknanya Nala Gareng selalu memusatkan batinnya kepada Hyang Widhi.
 Lengan Bengkok atau cekot/ceko :
Melambangkan bahwasannya manusia tak akan bisa berbuat apa-apa bila tidak berada pada kodrat atau kehendak Hayng Widhi.
 Kaki Pincang, jika berjalan sambil jinjit :
Artinya Nala Gareng merupakan manusia yang sangat berhati-hati dalam melangkah atau dalam mengambil keputusan. Keadaan fisik nala Gareng yang tidak sempurna ini mengingatkan bahwa manusia harus bersikap awas dan hati-hati dalam menjalani kehidupan ini karena sadar akan sifat dasar manusia yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan.
 Mulut Gareng :
Mulut gareng berbentuk aneh dan lucu, melambangkan ia tidak pandai bicara, kadang bicaranyasasar-susur (belepotan) tak karuan. Bicara dan sikapnya serba salah, karena tidak merasa percaya diri. Namun demikian Nala Gareng banyak memiliki teman, baik di pihak kawan maupun lawan. Inilah kelebihan Nala Gareng, yang menjadi sangat bermanfaat dalam urusan negosiasi dan mencari relasi, sehingga Nala Gareng sering berperan sebagai juru damai, dan sebagai pembuka jalan untuk negosiasi. Justru dengan banyaknya kekurangan pada dirinya tersebut, Nala Gareng sering terhindar dari celaka dan marabahaya.
 3. Petruk Kanthong Bolong
Ki Lurah Petruk adalah putra dari Gandarwa Raja yang diambil anak oleh Ki Lurah Semar. Petruk memiliki nama alias, yakni Dawala. Dawa artinya panjang, la, artinya ala atau jelek. Sudah panjang, tampilan fisiknya jelek. Hidung, telinga, mulut, kaki, dan tangannya panjang. Namun jangan gegabah menilai, karena Lurah Petruk adalah jalma tan kena kinira, biar jelek secara fisik tetapi ia sosok yang tidak bisa diduga-kira. Gambaran ini merupakan pralambang akan tabiat Ki Lurah Petruk yang panjang pikirannya, artinya Petruk tidak grusah-grusuh (gegabah) dalam bertindak, ia akan menghitung secara cermat untung rugi, atau resiko akan suatu rencana dan perbuatan yang akan dilakukan. Petruk Kanthong Bolong, menggambarkan bahwa Petruk memiliki kesabaran yang sangat luas, hatinya bak samodra, hatinya longgar, plong dan perasaannyabolong tidak ada yang disembunyikan, tidak suka menggerutu dan  ngedumel.
 Dawala, juga menggambarkan adanya pertalian batin antara para leluhurnya di kahyangan (alam kelanggengan) dengan anak turunnya, yakni Lurah Petruk yang masih hidup di mercapada. Lurah Petruk selalu mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari para leluhurnya, sehingga Lurah Petruk memiliki kewaskitaan mumpuni dan mampu menjadi abdi dalem (pembantu) sekaligus penasehat para kesatria.
Petruk Kanthong Bolong wajahnya selalu tersenyum, bahkan pada saat sedang berduka pun selalu menampakkan wajah yang ramah dan murah senyum dengan penuh ketulusan. Petruk mampu menyembunyikan kesedihannya sendiri di hadapan para kesatria bendharanya. Sehingga kehadiran petruk benar-benar membangkitkan semangat dan kebahagiaan tersendiri di tengah kesedihan. Prinsip “laku” hidup Ki Lurah Petruk adalah kebenaran, kejujuran dan kepolosan dalam menjalani kehidupan. Bersama semua anggota PunakawanLurah Petruk membantu para kesatriaPandhawa Lima (terutama Raden Arjuna) dalam perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan.
 4. Bagong
Bagong adalah anak ketiga Ki Lurah Semar. Secara filosofi Bagong adalah bayangan Semar. Sewaktu Semar mendapatkan tugas mulia dari Hyang Manon, untuk mengasuh para kesatria yang baik, Semar memohon didampingi seorang teman. Permohonan Semar dikabulkan Hyang Maha Tunggal, dan ternyata seorang teman tersebut diambil dari bayangan Semar sendiri. Setelah bayangan Semar menjadi manusia berkulit hitam seperti rupa bayangan Semar, maka diberi nama Bagong. Sebagaimana Semar, bayangan Semar tersebut sebagai manusia berwatak lugu dan teramat sederhana, namun memiliki ketabahan hati yang luar biasa. Ia tahan menanggung malu, dirundung sedih, dan tidak mudah kaget serta heran jika menghadapi situasi yang genting maupun menyenangkan. Penampilan dan lagak Lurah Bagong seperti orang dungu. Meskipun demikian Bagong adalah sosok yang tangguh, selalu beruntung dan disayang tuan-tuannya. Maka Bagong termasuk punakawan yang dihormati, dipercaya dan mendapat tempat di hati para kesatria. Istilahnya bagong diposisikan sebagai bala tengen, atau pasukan kanan, yakni berada dalam jalur kebenaran dan selalu disayang majikan dan Tuhan.
Dalam pagelaran wayang kulit, kelompok punakawan Semar, Gareng, Petruk, Bagong selalu mendapatkan tempat di hati para pemirsa. Punakawan tampil pada puncak acara yang ditunggu-tunggu pemirsa yakni goro-goro, yang menampilkan berbagai adegan dagelan, anekdot, satire, penuh tawa yang berguna sebagai sarana kritik membangun sambil bercengkerama (guyon parikena). Punakawan menyampaikan kritik, saran, nasehat, maupun menghibur para kesatria yang menjadi asuhan sekaligus majikannya. Suara punakawan adalah suara rakyat jelata sebagai amanat penderitaan rakyat, sekaligus sebagai “suara” Tuhan menyampaikan kebenaran, pandangan dan prinsip hidup yang polos, lugu namun terkadang menampilkan falsafah yang tampak sepele namun memiliki esensi yang sangat luhur. Itulah sepak “terjang punakawan” bala tengen yang suara hatinuraninya selalu didengar dan dipatuhi oleh para kesatria asuhan sekaligus majikannya. 

MAKNA HURUF JAWA

Assalamu’alaikum wr wb
Ngawiti Ingsun aniyat awedhar Carakan sungsang kelawan estu ridoneng Gusti Owloh, Sekabeh puji kagungane Owloh.  Lan Mugi-mugi
rahmat takdime sopo Owloh paring marang Bendaro Kito Kanjeng Nabi
Muhammad kang dadi pungkasane piro-piro poro Nabi. Salim karahajan saking Ponakwan Mugi ketampi marang Mbahe Ki Tyang Alus, Kiageng Rektor Bengawan Candhu lan poro pinih sepuh ugi sederek sdaya kang jumenenging Giri Kamulyan KWA. Nyuwun idin kula ponakawan wehi pangawikan kang setitik mugi dados nambahi wawasan lan mugi-mugi agem gunani. Saderenge bokmenawi wonten kelepatan lan keplesede ilat nyuwun denampura, kritik lan saran ingkang ponakwan ajengaken.
Bismillahi, Aksara Jawa (aksara aji saka) atau biasa disebut
Carakan memiliki banyak sekali misteri & teka-teki yang dikandungnya.
Aksara ini memiliki energi yang sangat besar hingga mampu menyatukan pulau jawa. Dengan keistimewaan Carakan ini banyak ksatriya masa lalu menggunakannya sebagai piyandel. Maka dari satu rangkaian huruff carakan ini terciptalah berbagai elmu kanuragan dan kinasihan.
Dengan ini saya cuplikan dari kitab “SERAT AGENG HONGDJI BABARIK MAYU HAYUNING SITI GAMEL, TOKID KASAMPURNAN KACA/BAB BABARIK MURDHO NITI” warisan leluhur yang berasal dari desa di kabupaten Cirebon.
Pempublikasian Elmu Carakan ini semata-mat hanya sebagai upaya
pelestarian budaya dan pengenalan kearifan Nusantara yang kian punah. Dan juga, sebagai bentuk teguran & pengingat kususnya bagi diri
ponakawan pribadi serta generasi Bangsa pada umumnya, Bahwa kita
adalah rakyat Bangsa Indonesia bukan masyarakat bangsa lain, yang
pasti beda peringai & tabiatnya.
MENCINTAI NEGARA (Budaya, Adat Istiadat, Kultur) SELAMA TIDAK MENJURUS KEMUSYRIKAN ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN
Karena elmu ini asli dari tanah jawa/bumi Nusantara maka selama
kita menginjak bumi/tanah elmu ini tidak perlu pengijazah/penyelaras
yang penting sesuai tata lakunya & tekun. InsyaAlloh kita bisa
menguasainya. Untuk yang diluar jawa atau Indonesia sebelum
mempelajari elmu ini diwajibkan hafal bacaan dan tulisan asli aksara
jawa.
Makna Dari aksara jawa (diambil dari Catatan di Facebook oleh Guntur
Samudro Panuratrahsa “Makna Carakan versi Gamel”)
Hana Caraka
Hana = Ana = Ada, Caraka = Utusan = Anak yg dituakan
Data Sawala
Data = Urutan/rincian , Sawala = Urusan /perkara = Petunjuk
Padha Jayanya
Padha = Kaki = Penerang, Jayanya = Jaya = Sempurna
Maga Bathanga
Maga = Berulang – ulang = Gagal /kecewa , Bathanga = Bangkai = Mayit = kematian
Kurang lebihnya : Hana Carakan = Ada utusan yang dilebihkan dr yg lain
( Rosululloh) Data Sawala = Yang Membawa Masalah/urusan ( Risalah)
Padha Jayanya = Sebagai petunjuk Mencapai Kesempurnaan Maga Bathanga =
Dalam proses Kematian : . makna ini berkesesuain dengan pemahaman
Masyarakat Nusantara ( khususnya Jawa yang selalu mencari jalan
kematian yang sempurna
Disini ponakawan wedarkan salah satunya untuk kekebalan Kaki
(Kekebalan tingkat Awal):
- Duduk sila, tenangkan hati & fikiran, baca doa semampunya lalu baca
“BISMILLAHI ROHMANI ROHIMI, NIYAT INGSUN DERES AJI CARAKAN SUNGSANG, OTOT KAWAT BALUNG WESI KULIT LAPIS WAJA SAP PITU, SAKING KERSAHING KUDRATULLOH”
- Tahan napas Baca Carakan Sungsang 3x ” NGA THA BA GA MA, NYA YA JA
DHA PA, LA WA SA TA DA, KA RA CA NA HA” lalu pukul/tepuk 3x tanah/bumi dgn tangan kanan terus ucapkan “YA INGSUN KSATRIYA PINAYUNGAN BUMI, LA CHAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH”
- Ambil Posisi kuda-kuda rendah (kalo tidak tau tanyakan kpd yg ikut
pencak silat) selama minimal 10-15menit dengan membaca carakan
sungsang terus menerus dalam hati.
ket:
a. saat latihan ini bisa langsung dicoba dg bacokan golok/pedang ke
paha, untuk keamanan tahap latihan orang yang membacok adalah orang yang mengerti aliran energi/tenaga
b. Untuk tahap II (bagian tangan, tubuh) dan Tahap III (kepala) akan
dibahas dikesempatan berikutnya
Hormat Saya
Ponakawan CC Keranjingan SangHyang Tunggal
Sangkalawenang@gmail.com

PONOKAWAN


Kamis, 08 Juli 2010

P U N O K A W A N


SEMAR dan PUNOKAWAN


BAB I
BATARA SEMAR
MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.
Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah Mustika Manik Astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:

• tidak pernah lapar
• tidak pernah mengantuk
• tidak pernah jatuh cinta
• tidak pernah bersedih
• tidak pernah merasa capek
• tidak pernah menderita sakit
• tidak pernah kepanasan
• tidak pernah kedinginan

Kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sang Hyang Jagad Wungku, Sang Hyang Jatiwasesa, Sang Hyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.

Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sang Hyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sang Hyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti. Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sang Hyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.

Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarasanta.
Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)-nya. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta.

Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin. Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.

Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.

Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.
Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.

Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada.
Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol, berkulit hitam yang bernama Semarasanta.
Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.

Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta, tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar, dan akhirnya tidak yakin, karena takut keliru. Itulah sesuatu yang belum jelas, masih di-SAMAR-kan, yang digambarkan pada seorang tokoh Semar.
SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.


BAB II
SEMAR dan WAHYU
Di dalam tulisan sebelumnya yang berjudul “Batara Semar”, telah dipaparkan bahwa Batara Semar atau Batara Ismaya, yang hidup di alam Sunyaruri, sering turun ke dunia dan manitis di dalam diri Janggan Semarasanta, seorang abdi dari Pertapaan Saptaarga. Mengingat bahwa bersatunya antara Batara Ismaya dan Janggan Semarasanta yang kemudian populer dengan nama Semar merupakan penyelenggaraan Illahi, maka munculnya tokoh Semar diterjemahkan sebagai kehadiran Sang Illahi dalam kehidupan nyata dengan cara yang tersamar, penuh misteri.

Dari bentuknya saja, tokoh ini tidak mudah diterka. Wajahnya adalah wajah laki-laki. Namun badannya serba bulat, payudara montok, seperti layaknya wanita. Rambut putih dan kerut wajahnya menunjukan bahwa ia telah berusia lanjut, namun rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak. Bibirnya berkulum senyum, namun mata selalu mengeluarkan air mata (ndrejes). Ia menggunakan kain sarung bermotif kawung, memakai sabuk tampar, seperti layaknya pakaian yang digunakan oleh kebanyakan abdi. Namun bukankah ia adalah Batara Ismaya atau Batara Semar, seorang Dewa anak Sang Hyang Wisesa, pencipta alam semesta.

Dengan penggambaran bentuk yang demikian, dimaksudkan bahwa Semar selain sosok yang sarat misteri, ia juga merupakan simbol kesempurnaan hidup. Di dalam Semar tersimpan karakter wanita, karakter laki-laki, karakter anak-anak, karakter orang dewasa atau orang tua, ekspresi gembira dan ekspresi sedih bercampur menjadi satu. Kesempurnaan tokoh Semar semakin lengkap, ditambah dengan jimat Mustika Manik Astagina pemberian Sang Hyang Wasesa, yang disimpan di kuncungnya. Jimat tersebut mempunyai delapan daya yaitu; terhindar dari lapar, ngantuk, asmara, sedih, capek, sakit, panas dan dingin. Delapan macam kasiat Mustika Manik Astagina tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa, walaupun Semar hidup di alam kodrat, ia berada di atas kodrat. Ia adalah simbol misteri kehidupan, dan sekaligus kehidupan itu sendiri.

Jika dipahami bahwa hidup merupakan anugerah dari Sang Maha Hidup, maka Semar merupakan anugerah Sang Maha Hidup yang hidup dalam kehidupan nyata. Tokoh yang diikuti Semar adalah gambaran riil, bahwa sang tokoh tersebut senantiasa menjaga, mencintai dan menghidupi hidup itu sendiri, hidup yang berasal dari Sang Maha Hidup. Jika hidup itu dijaga, dipelihara dan dicintai maka hipup tersebut akan berkembang mencapai puncak dan menyatu kepada Sang Sumber Hidup, manunggaling kawula lan Gusti. Pada upaya bersatunya antara kawula dan Gusti inilah, Semar menjadi penting. Karena berdasarkan makna yang disimbolkan dan terkandung dalam tokoh Semar, maka hanya melalui Semar, bersama Semar dan di dalam Semar, orang akan mampu mengembangkan hidupnya hingga mencapai kesempurnaan dan menyatu dengan Tuhannya.

Selain sebagai simbol sebuah proses kehidupan yang akhirnya dapat membawa kehidupan seseorang kembali dan bersatu kepada Sang Sumber Hidup, Semar menjadi tanda sebuah rahmat Illahi (wahyu) kepada titahnya.
Ini disimbolkan dengan kepanjangan nama dari Semar, yaitu Badranaya.

Badra artinya Rembulan, atau keberuntungan yang baik sekali. Sedangkan Naya adalah perilaku kebijaksanaan. Semar Badranaya mengandung makna, di dalam perilaku kebijaksanaan, tersimpan sebuah keberuntungan yang baik sekali, bagai orang kejatuhan rembulan atau mendapatkan wahyu.

Dalam lakon wayang, yang bercerita tentang Wahyu, tokoh Semar Badranaya menjadi rebutan para raja, karena dapat dipastikan, bahwa dengan memiliki Semar Badranaya maka wahyu akan berada dipihaknya.

Menjadi menarik bahwa ada dua sudut pandang yang berbeda, ketika para satria raja maupun pendeta memperebutkan Semar Badranaya dalam usahanya mendapatkan wahyu. Sudut pandang pertama, mendudukkan Semar Badranaya sebagai sarana phisik untuk sebuah target. Mereka meyakini bahwa dengan memboyong Semar, wahyu akan mengikutnya sehingga dengan sendirinya sang wahyu didapatkan. Sudut pandang ini kebanyakan dilakukan oleh kelompok Kurawa atau tokoh-tokoh dari sabrang, atau juga tokoh lain yang hanya menginkan jalan pintas, mencari enaknya sendiri. Yang penting mendapatkan wahyu, tanpa harus menjalani laku yang rumit dan berat.

Sudut pandang ke dua adalah mereka yang mendudukan Semar Badranaya sebagai sarana batin untuk sebuah proses. Konsekwensinya bahwa mereka mau membuka hati agar Semar Badranaya masuk, tinggal dan menyertai kehidupannya, sehingga dapat berproses bersama meraih Wahyu. Penganut pandangan ini adalah kelompok dari keturunan Saptaarga. Dari ke dua sudut pandang itulah dibangun konflik, dalam usahanya memperebutkan turunnya wahyu. Dan tentu saja berakhir dengan kemenangan kelompok Saptaarga.

Mengapa wahyu selalu jatuh kepada keturunan Saptaarga? Karena keturunan Saptaarga selalu mengajarkan perilaku kebijaksannan, semenjak Resi Manumanasa hingga sampai Harjuna. Di kalangan Saptaarga ada warisan tradisi sepiritual yang kuat dan konsisten dalam hidupnya. Tradisi tersebut antara lain; sikap rendah hati, suka menolong sesama, tidak serakah, melakukan tapa, mengurangi makan dan tidur dan laku lainnya. Karena tradisi-tradisi itulah, maka keturunan Saptaarga kuat diemong oleh Semar Badranaya.

Masuknya Semar Badranaya dalam setiap kehidupan, menggambarkan masuknya Sang Penyelenggara Illahi di dalam hidup itu sendiri. Maka sudah sepantasnya, anugerah Ilahi yang berujud wahyu akan bersemayam di dalamnya. Karena apa yang tersembunyi di balik tokoh Semar adalah Wahyu. Wahyu yang disembunyikan bagi orang tamak dan dibuka bagi orang yang hatinya merunduk dan melakukan perilaku kebijaksanaan. Seperti yang dilakukan keturunan Saptaarga.

Teks empat baris yang menggambarkan Bocah Bajang (anak yang tidak bisa besar atau cacat) tersebut merupakan salah satu Jineman atau lagu yang selalu dikumandangkan pada pegelaran Wayang Purwa, khusus untuk mengiringi munculnya tokoh Semar pada waktu goro-goro. Hal tersebut tidak secara kebetulan, tetapi merupakan sebuah ekspresi kreatif untuk menyampaikan sesuatu makna yang dianggap penting, melalui lagu Bocah Bajang dan wayang Semar.
Semar dan Dewa Ruci, keduanya merupakan gambaran Kesempurnaan yang tinggal dan hidup dalam manusia yang lemah dan cacat.

Tokoh Semar mempunyai sifat pribadi yang mendua. Ia adalah dewa bernama Batara Ismaya, yang manitis (tinggal dan hidup) pada seorang manusia cebol, berkulit hitam, bernama Ki Semarasanta. Bentuk wayangnya pun dibuat mendua: bagian kepala adalah laki-laki, tetapi payudara dan pantatnya adalah perempuan. Rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak, tetapi sudah memutih seperti orang tua. Bibirnya tersenyum menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan, tetapi matanya selalu basah seperti sedang menangis sedih. Oleh karena serba misteri, tokoh Semar dapat dianggap dewa, dapat pula dianggap manusia. Ya laki-laki, ya perempuan, ya orang tua dan sekaligus kanak-kanak, sedang bersedih tetapi dalam waktu yang sama juga sedang bergembira. Maka tokoh ini diberi nama Semar asal kata samar, yang berarti tidak jelas.

Sebuah dugaan, tokoh Semar dalam Pewayangan merupakan perwujudan dari kerinduan manusia dalam pengembaraannya menyelami yang Illahi. Dikarenakan Hyang Maha Sempurna itu tidak kelihatan, tidak bisa diraba, jauh tak terbatas, dekat tidak bersentuhan, maka sulitlah untuk menggambarkannya. Oleh karena kekurangannya, kelemahannya dan cacat-cacatnya, manusia hanya dapat menggambarkan ketidakmampuannya menggambarkan yang Illahi. Maka yang muncul kemudian adalah bentuk yang tidak sempurna. Lahirnya karya yang disengaja tidak sempurnya seperti wayang Ki Semarasanta atau Semar, merupakan sebuah konsep kerendahan hati, penyadaran diri dan keterbukaan pribadi akan kelemahannya, kekurangannya, cacat-cacatnya. Karena dengan sikap tersebut manusia diyakini mampu nglenggahake (menghadirkan dan mendudukkan) yang Maha Sempurna.

Selain tokoh Semar atau Ki Semarasanta, manusia cebol berkulit hitam yang dimaksudkan untuk nglenggahake kesempurnaan yaitu Bathara Ismaya, di pewayangan juga ada tokoh lain yang dibuat bajang, kerdil, untuk tujuan yang sama yaitu: Sang Hyang Pada Wenang dan Dewa Ruci.

Untuk menandaskan munculnya tokoh Semar atau Ki Semarasanta, manusia cacat yang berpribadi mendua, diiringi dengan lagu Bocah Bajang sedang membawa binatang piaraan yang mempunyai sifat mendua pula. Yaitu Seekor Kerbau, binatang yang bodoh dan tumpul otaknya, menggambarkan kelemahan manusia. Dan seekor Sapi Gumarang, binatang yang cerdas dan mempunyai tanduk sangat tajam, menggambarkan ketajaman manusia akan misteri Ilahi.
Dari paparan tersebut tokoh Semar yang diekspresikan ke dalam bentuk wayang dan tokoh Bocah Bajang yang di ekspresikan ke dalam lagu jineman, mempunyai inti makna yang sama. Ke duanya memberikan gambaran bahwa dalam diri manusia yang serba kekurangan, lemah dan cacat bertahtalah Yang Maha Sempurna.
Dalam usahanya mengharmoniskan antara sifat yang serba kurang, lemah dan cacat di satu sisi dan sifat yang serba sempurna di sisi yang lain, manusia membutuhkan perjuangan panjang, sepanjang umur manusia itu sendiri. Seperti Bocah Bajang nggiring angin dan nawu segara.


BAB III
SEMAR, GARENG, PETRUK, BAGONG
Dalam perkembangan selanjutnya, hadirnya Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).

Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan, rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.

Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan?
Sudah dipaparkan pada dua tulisan sebelumnya, bahwa Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya.
Ke empat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya.
Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.

Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian.
Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih.

Sedangkan karya disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu bersedia bekerja keras. Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).

Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan ‘ngelmu’ sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah ksatriya. Posisi pancer berada ditengah, diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima pancer lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia diciptakan di awali dari saat-saat menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi (bayi, dalam konteks ini adalah pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin, untuk melindungi si bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil.

Ngelmu sedulur papat lima pancer memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi. Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan.

Hubungan antara pancer dan sedulur papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais mengendalikan sebuah kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan, kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir. Sang Sangkan Paraning Dumadi.


BAB IV
PUNAKAWAN atau PONOKAWAN
Di dalam cerita Pewayangan khususnya Yogyakarta dan Surakarta dikenal adanya tokoh Panakawan.

Pana artinya mengetahui, memahami permasalahan yang dihadapi dan mampu memberikan solusi-solusinya. Sedangkan Kawan atau sekawan selain berarti berjumlah empat, juga dapat dimaknai sebagai teman atau sahabat. Mereka adalah Semar beserta ketiga anaknya, yaitu; Gareng, anak yang paling tua, Petruk anak kedua dan yang bungsu bernama Bagong.

Tugas utama panakawan adalah menghantar dan memomong tokoh ksatria dalam mencari dan mencapai cita-cita hidupnya. Hubungan antara panakawan dan tokoh ksatria adalah hubungan yang sangat lentur. Kadang-kadang hubungan mereka bagaikan abdi dan bendara, yang melayani dan yang dilayani. Ada kalanya hubungan mereka seperti layaknya raja dan rakyatnya, gusti dan kawula, yang disembah dan yang menyembah Namun yang lebih tepat hubungan antara Panakawan dan ksatria bagaikan kedua sahabat yang saling berkomunikasi, berinteraksi, bertukar pendapat serta pikirannya untuk menyelesaikan dan menyingkirkan masalah-masalah yang menghalangi dalam usahanya mencapai sebuah cita-cita. Mereka saling asah (mengasah budi dan pikiran), asih (mengasihi dan mencintai), asuh (menjaga dan memelihara).

Keberhasilan tokoh ksatria dalam mencapai cita-citanya sangat bergantung kepada panakawan. Jika sang ksatria bersikap rendah hati mampu membina hubungan yang harmonis dengan panakawan, mau membuka hati untuk mendengarkan dan melaksanakan saran dari tokoh panakawan, dan rela hidup miskin, niscaya keberhasilan akan tercapai. Namun jika terjadi sebaliknya, kegagalanlah yang didapat. Karena begitu dominannya peran panakawan dalam menentukan keberhasilan sang ksatria, maka kemudian muncul sebuah pertanyaan.

• Siapakah sesungguhnya tokoh panakawan tersebut?
• Menyimbolkan apakah mereka?
• Mengapa berjumlah empat?

Tidak sedikit tulisan dan pendapat yang menguraikan tokoh panakawan. Diantaranya adalah bahwa tokoh panakawan adalah Dewa atau penguasa semesta alam yang ngejawantah menjadi manusia miskin untuk bekerjasama dan membantu usaha manusia agar dapat mencapai cita-cita luhur.

Ada juga yang berpendapat bahwa kemunculan tokoh panakawan ini bersamaan dengan suatu gerakan kalangan bawah yang ingin menunjukan kekuatan rakyat yang sesunguhnya. Raja dan para bangsawan (ksatria) yang berkuasa, tidak akan pernah berhasil mengantar negerinya kearah kemakmuran dan kesejahteraan jika tidak didukung dan di emong oleh rakyat. Seperti yang digambarkan dalam cerita wayang bahwa yang berhasil dan menang dalam sebuah pergulatan mendapatkan ‘wahyu’ adalah tokoh yang senantiasa diikuti oleh panakawan.
Sementara itu ada yang menguraikan bahwa ke empat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya.

Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.

Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan. Tangan cekot adalah rasa ketelitian. Kaki pincang adalah rasa kehati-hatian.

Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Tangan depan menuding dengan telunjuknya, tangan belakang dalam posisi menggenggam. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya disimbolkan

Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya pekerja keras. Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karsa berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masin-masing dengan harmonis untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak dan tekad bulat (karsa) serta mau bekerja keras (karya).

Diibaratkan seorang sais (jati diri manusia) mengendarai sebuah kereta yang ditarik empat ekor kuda (cipta, rasa, karsa dan karya). Bagaimana Kereta itu berjalan untuk mencapai tujuan sangat bergantung dengan kemampuan sais dalam mengendalikan dan mengoptimalkan kuda-kudanya. Jika si sais terampil niscaya ke empat kudanya akan kompak berderap berpacu menuju sasaran. Rintangan yang menghadang di jalan tidak akan membuat kereta jatuh dan tak mampu bangkit kembali. Paling-paling kereta akan mengurangi kecepatan sejenak untuk kemudian berpacu kembali.

sumber : In Spiritualis Wayang By : Herjaka HS

Selasa, 27 Agustus 2013

ARYA PENANGSANG 7 TAMAT

Arya Penangsang (Tamat)

1 Mei 2010
Bagian 7
Siang itu, diruang dalam kedaton Jipang Panolan, tengah berkumpul para pembesar khusus. Pada hari itu, Arya Penangsang tengah mengadakan acara syukuran atas terselesaikannya masa puasa yang telah dijalaninya selama tiga bulan.
Dengan berpakaian kebesaran, Arya Penangsang nampak duduk dengan gagahnya dikursi indah. Bunyi gamelan mengalun mengiringi perjamuan tersebut. Di bawah, di lantai pualam yang putih bersih, para bangsawan nampak duduk bersila, berjajar dengan mengenakan pakaian kebesaran masing-masing.
Posisi duduk mereka berjajar, memanjang lurus. Ada dua kelompok barisan. Memanjang disebelah kiri dan kanan. Ditengah-tengah kedua barisan ini, tertata rapi hidangan syukuran. Beberapa daging panggang, lauk pauk, nasi tumpeng dan buah-buahan beraneka macam, tersaji disana.
Menjelang acara dimulai, gamelan mendadak berhenti. Patih Matahun yang duduk disebelah Arya Penangsang nampak menghaturkan sembah sejenak kearah junjungannya. Lantas beranjak berdiri dari tempat duduk.
Patih Matahun mewakili Arya Penangsang mengutarakan maksud di adakannya perjamuan disiang itu. Setelah Patih Matahun selesai mengutarakan maksud di adakannya acara syukuran tersebut, seorang ulama keraton segera melantunkan doa-doa.
Selesai doa dibacakan, gamelan mengalun kembali. Beberapa abdi dalem segera masuk dan membagi-bagi segala sesajian makanan yang sudah tersedia. Setiap bangsawan dilayani sebaik mungkin.
Perjamuan baru saja berjalan, manakala mendadak, seorang prajurid kawal khusus tergopoh-gopoh masuk keruangan memohon ijin memberikan laporan penting.
Seluruh yang hadir, tak terkecuali Arya Penangsang sendiri dan Patih Matahun, dibuat kaget oleh kehadiran seorang prajurid kawal khusus ini. Segera, Arya Penangsang memberikan isyarat agar prajurid tersebut mendekat saat itu juga.
Gamelan mendadak berhenti. Suasana menjadi tegang seketika. Ruangan menjadi sunyi dan hening. Seluruh bangsawan terdiam, mengawasi lekat-lekat sang prajurid yang tengah bergerak jalan duduk, sembari menduga-duga ada apakah gerangan yang terjadi?
Arya Penangsang memberikan isyarat agar sang prajurid segera memberikan laporan yang dibawanya. Diperhatikan oleh berpuluh-puluh pasang mata, dan didengar oleh berpuluh-puluh telinga dari semua yang hadir ditempat itu, sang prajurid berkata :
“Kasinggihan dhawuh, Kangjeng. Saya hendak memohon ijin membawa masuk seorang perumput istana. Kondisi dia sangat tidak baik. Dia membawa gulungan rontal yang katanya surat khusus buat Kangjeng..”
Wajah Arya Penangsang tegang.
“Bawa masuk dia!”
Sang prajurid menghaturkan sembah, lantas berjalan duduk mundur. Tak lama dia sudah keluar dari ruangan. Berselang beberapa tegukan minum, dia datang kembali sembari diiringi seseorang yang lain. Seseorang yang wajahnya berlepotan darah segar. Dengan sangat kesulitan, dia berjalan duduk mengikuti prajurid kawal khusus yang membawanya.
Melihat kehadiran sosok yang dibawa menghadap oleh prajurid kawal khusus barusan, seluruh yang hadir gempar!
Seseorang yang berlepotan darah yang tak lain adalah sang perumput malang itu terlihat menahan rasa sakitnya. Belum jelas bagian mana dari kepala sang perumput yang terluka karena darah segar yang terus merembes, sedikit banyak menutupi tempat luka berasal. Namun, semakin diperhatikan, akan semakin jelas, bahwa cuping telinga kiri sang perumput telah hilang! Seluruh yang hadir bisa menebak seketika, bahwa darah itu keluar dari luka dibagian telinganya yang telah tanggal!!
Mata Arya Penangsang dan Patih Matahun memperhatikan kondisi sang perumput tanpa berkedip. Begitu sang perumput dan prajurid kawal khusus telah berada tepat dihadapan Arya Penangsang, segera Arya Penangsang berkata :
“Ada apa? Ceritakan apa yang terjadi?! Dan surat darimana yang kau bawa untukku?!”
Sembari mengerang, sang perumput menghaturkan sembah. Tangannya yang berlepotan darah gemetar saat menghaturkan sembahnya. Sang perumput, didengar oleh Arya Penangsang, Patih Matahun dan seluruh bangsawan yang hadir segera menceritakan apa yang menimpanya!
Gemuruh suara seluruh yang hadir setelah mendengar laporan sang perumput. Arya Penangsang memerah wajahnya, segera dia meminta gulungan rontal yang dibawa sang perumput. Sang perumput mengulurkan gulungan rontal yang juga berlepotan darah. Arya Penangsang menyuruh Patih Matahun menerimanya dan segera membaca isinya.
Patih Matahun menerima gulungan rontal dari tangan sang perumput. Sembari berdiri, dia buka gulungan itu dan dengan suara keras, dibaca isinya :
He, Penangsang! Yen sira nyata Lanang Sejati, payo tandhing lawan ingsun. Dak anti sapinggiring bengawan tapel wates. Yen ora wani nekani, nyata sira wandu kang memba rupa! Budhala tanpa rowang! Ingsun wong Sela wus tan bisa suwe nahan sedyaning tyas kapengin nigas janggamu!
(Hai, Penangsang! Jika nyata Lelaki Sejati, mari bertanding denganku! Aku tunggu dipinggir sungai tapal batas. Jika tidak berani datang, jelaslah kamu seorang banci yang menyamar sebagai lelaki ! Berangkatlah tanpa prajurid! Aku orang Sela sudah gatal ingin memenggal kepalamu!)
Menggeram marah Arya Penangsang mendengar bunyi surat yang baru dibacakan. Tangannya mengebrak meja disebelahnya yang dipenuhi dengan nasi tumpeng! Meja terguling dan nasi diatasnya berburai seketika, berserakan mengotori lantai pualam disekelilingnya!!!
Arya Penangsang, dengan dada bergemuruh dan amarah yang sudah sampai dibun-ubun segera berkata keras kepada prajurid kawal yang nampak disitu :
“Siapkan Kyai Gagak Rimang sekarang juga!!!”
Prajurid yang diperintah menyembah dan tergopoh-gopoh jalan mundur.
Seluruh yang hadir kebingungan. Patih Matahun segera menyembah dan berkata :
“Nakmas Penangsang, mohon sabarkan hati sejenak. Biarkan saya memberikan perintah kepada Senopati Jipang agar menyiagakan seluruh prajurid!!”
Arya Penangsang tak bergeming! Matanya menerawang merah penuh amarah. Sejurus kemudian, prajurid yang diutus menyiapkan kuda nampak tiba kembali diruangan. Dia tengah memulai untuk berjalan duduk dengan maksud menghadap. Namun Arya penangsang sudah tidak sabar lagi, dia segera keluar dari ruangan tanpa permisi !!!
Patih Matahun kalut! Segera dia berkata :
“Nakmas Senopati!!”
Yang ditunjuk dan tengah duduk diantara para bangsawan menyembah!
“Segera siagakan seluruh prajurid Jipang Panolan sekarang juga!”
Yang diperintahkan menyembah sekali lagi dan mohon undur.
“Dan kepada semua priyayi yang hadir disini!” lanjut Patih Matahun, keras suaranya, ”Segera siagakan diri untuk bertempur dengan orang Sela!!”
Seluruh yang hadir riuh memberikan sembah! Dan bubar saat itu juga!!
Arya Penangsang telah menaiki kuda kesayangannya. Beberapa kepala prajurid berusaha mencegahnya, namun bukan Arya Penangsang jika tidak memenuhi tantangan seorang diri. Tanpa banyak bicara lagi, digebraknya Kyai Gagak Rimang! Kuda berwarna hitam mulus itu meringkik nyaring sejenak, lantas melesat keluar dari kompleks istana Jipang Panolan!!!
Seluruh kepala prajurid dan bangsawan Jipang geger melihat kenekadan Arya Penangsang! Seketika itu juga, gong beri, gong kecil yang biasa dibunyikan agar seluruh prajurid menyiagakan diri, segera terdengar dipukul bertalu-talu. Susul menyusul. Dari satu sudut istana , disusul sudut yang lain. Riuh rendah suaranya memekakkan telinga! Disana-sini, teriakan-teriakan komando-pun terdengar, berselang-seling, membuat se-isi istana Jipang gempar!!
Ditempat lain, Kyai Gagak Rimang telah melesat menuju perbatasan!!
Tumbangnya Ksatria Putihan.
Kyai Gagak Rimang melaju kencang, melesat ke arah sungai yang menjadi tapal batas wilayah Jipang Panolan dengan daerah yang belum berhasil diduduki pasukan Jipang.
Menjelang matahari condong ke barat, tepat seusai waktu dzuhur, barulah Arya Penangsang memperlambat laju kudanya!
Wilayah yang dibentangi aliran sungai dangkal ini adalah tapal batas kekuasaan Jipang Panolan. Diseberang sana, terbentang wilayah luas yang sudah direncanakan hendak diduduki pasukan Jipang.
Kyai Gagak Rimang meringkik nyalang manakala tali kekang kuda yang melilit lehernya ditarik kencang!! Serta merta, Kyai Gagak Rimang mengangkat kedua kaki depannya sejenak, lantas kembali menjejak ke tanah dan berjalan pelan memutar.
Mata Arya Penangsang menyipit mengamati keadaan sekeliling. Aliran sungai yang tak seberapa dalam nampak terus mengalir dengan tenangnya. Pepohonan lebat yang tumbuh diseberang sana, tumbuh di area berbukit tepat dipinggir aliran sungai, nampak lengang pula. Tak tampak sesuatu-pun yang mencurigakan.
Bergegas Arya Penangsang menarik tali kekang kuda, menuruni tanah berbukit yang menuju ke bawah, menuju ke aliran sungai. Begitu sampai dibawah, tepat dipinggir sungai, ternyata situasi benar-benar senyap! Tak ada siapapun disana. Hanya bunyi burung-burung hutan yang sesekali memamerkan suara ditambah suara sungai yang gemericik, menyambut kehadiran Arya Penangsang!
Arya Penangsang mendengus. Dengan mata memandang ke seberang, dia berteriak keras :
“Keparat!! Yen nyata lanang metuwa!! Aja singidan!!”
(Keparat!! Kalau nyata laki-laki, keluarlah! Jangan bersembunyi!!)
Suara Arya Penangsang menggema, memantul dari lereng ke lereng lain! Mengoyak kesenyapan yang sedari tadi menyergap daerah itu!
Tapi, begitu suara gema menghilang. Keadaan kembali sepi. Tak ada jawaban!
Arya Penangsang gusar! Merasa dipermainkan! Ditariknya tali kekang Kyai Gagak Rimang, nekad dia menyeberangi sungai! (Menurut kepercayaan Jawa, jika dua orang lawan sedang bertempur, dan diantara mereka terhalang sebuah sungai, bagi siapa saja yang berani menyeberangi, pasti akan kalah perangnya : Damar Shashangka)
Dan tepat ketika kaki-kaki Kyai Gagak Rimang tengah tertatih-tatih menapaki dasar sungai yang cuma sebatas lutut dalamnya, mendadak, terdengar bunyi riuh desingan!! Mata Arya Penangsang awas!! Dilihatnya berratus-ratus anak panah meluncur deras mengarah kearahnya!! Arya Penangsang mengumpat!! Namun sungguh luar biasa, bukannya dia kebingungan menghindar, malahan dia buka dadanya lebar-lebar!! Beberapa batang anak panah yang tepat mengarah ketubuhnya, terpental kesamping, tak bisa melukai kulitnya sama sekali dan langsung luruh masuk ke dalam aliran sungai!! Bahkan beberapa ada juga yang patah menjadi dua!! Tak hanya itu, anak panah yang sempat menyasar ke tubuh Kyai Gagak Rimang-pun mengalami hal yang serupa!! Kyai Gagak Rimang hanya terlonjak-lonjak saja ketika beberapa anak panah meluncur mengenai tubuhnya! Tak ada luka sedikit-pun ditubuh kuda hitam mulus itu!!
Bidikan anak panah mereda seketika!
Belum usai kegusaran Arya Penangsang, disusul dari arah seberang, keluar seekor kuda putih! Kuda itu dipacu menuruni lereng. Keluar dari balik pepohonan. Begitu jelas siapa yang hadir, mata Arya Penangsang melotot marah!! Jelas terlihat, seorang anak kecil, tengah menunggang kuda dengan tombak terhunus ditangan kanannya. Terdengar suara kecilnya nyaring tanpa ada kegentaran sedikitpun :
“Penangsang!! Aku lawan tandingmu!!”
Dada Arya Penangsang bagai dibakar api! Wajahnya bagai dicoreng dengan arang!! Betapa tidak! Seorang anak kecil dengan lancangnya berani sendirian menghadapinya dan bahkan sesumbar menantangnya!!! Ditariknya tali kekang Kyai Gagak Rimang! Kuda meringkik, kesusahan berjalan menapaki dasar sungai! Berusaha terus melaju ke arah seberang mendekati sosok kecil yang dengan gagahnya menenteng tombak disana!
Melihat Arya Penangsang mendekat, anak kecil tersebut memutar arah kudanya. Kyai Gagak Rimang telah berhasil melewati aliran sungai dan langsung berderap mengejar kuda putih didepannya! Begitu jarak sudah sedemikian dekat, mendadak terjadi keanehan! Tingkah Kyai Gagak Rimang seketika berubah!! Kepalanya mengangguk-angguk dan menjadi liar!!
Arya Penangsang terkejut menyadari perubahan yang terjadi! Kuda tunggangannya tidak pernah bertingkah aneh seperti itu selama ini. Sejenak Arya Penangsang kerepotan menarik tali kekang kudanya yang menjadi tak terkendali!! Ditengah usahanya membuat Kyai Gagak Rimang kembali patuh, mata Arya Penangsang melihat sekilas bagian belakang kuda putih yang tengah ditunggangi lawannya!! Arya Penangsang marah!! Dia menyadari sekarang mengapa Kyai Gagak Rimang bertingkah laku aneh! Rupanya, ekor kuda putih didepannnya sengaja diikat keatas, sehingga kemaluannya terlihat jelas! Dan Arya Penangsang semakin menyadari, kuda yang ditunggangi lawannya adalah kuda betina!!
Arya Penangsang mengumpat-ngumpat!! Kyai Gagak Rimang selama ini memang sengaja tidak diperkenalkan dengan kuda betina! Kyai Gagak Rimang adalah kuda tempur. Jika mengenal kuda betina dan sempat bersenggama, maka kemampuan tempurnya akan menurun! Dan kini, melihat kuda betina dengan kemaluan terbuka lebar seperti itu, Kyai Gagak Rimang tidak bisa menguasai birahinya!!
Ditengah kesibukan Arya penangsang mengendalikan keliaran Kyai Gagak Rimang, mendadak anak kecil yang menunggang kuda didepannya, memutar haluan kudanya. Berderap suaranya mendekat. Mata Arya Penangsang awas!! Namun keliaran Kyai Gagak Rimang semakin menjadi-jadi. Arya Penangsang panik!! Dan benar!!
Tombak ditangan kanan sang anak mengarah telak kearah lambungnya!!! Dan!!!
Arya Penangsang yang kerepotan diatas punggung kuda yang tengah melonjak-lonjak, tidak mampu menghindari tikaman tersebut!! Tombak Kyai Plered yang tajam langsung menembus lambungnya seketika itu juga!! Darah menyemburat!! Arya Penangsang menjerit kesakitan!! Dan yang mengerikan, begitu mata tombak ditarik, sebagian ususnya ikut terburai keluar!!!
Kuda putih berlalu dengan derapan kemenangan!! Arya Penangsang meringis kesakitan!! Diraihnya sebagian ususnya yang keluar dan langsung di kalungkan ke warangka keris Kyai Brongot Setan Kober yang terselip dipinggang kirinya!! Begitu ususnya tidak menjuntai dan terikat diwarangka keris, Arya Penangsang segera memutar tali kekang Kyai Gagak Rimang!! Kuda hitam itu mendengus-dengus dan berderap semangat mengejar kuda betina!! Begitu jarak sudah sedemikian dekat, Arya penangsang meraih tubuh kecil sang penunggang kuda putih dan membantingnya ketanah!!!
Jerit kesakitan terdengar!! Arya Penangsang segera turun dari punggung kuda!! Sosok kecil yang tengah terjatuh diatas tanah berusaha bangkit dan hendak melarikan diri, namun terlambat!! Leher kecilnya terpegang dan kembali terbanting ketanah!! Begitu tubuh kecil itu telentang tak berdaya, kaki kekar Arya penangsang langsung menginjak dadanya!! Suara kesakitan nyaring terdengar!!
Arya Penangsang beringas!! Diraihnya gagang keris Kyai Brongot Setan Kober!!
“Tunggu!!!!!!”
Mendadak terdengar bunyi nyaring!! Mata Arya Penangsang mencari asal suara! Terlihat empat orang berkuda keluar dari balik gerombol pepohonan mendekat kearahnya!! Dua diantara empat orang yang datang adalah Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan!
Belum selesai kemunculan empat orang tersebut, disusul suara riuh rendah derap kuda dari seberang sungai terdengar!! Mata Ki Juru Mertani awas!! Pasukan Jipang Panolan ternyata sudah tiba!! Cepat dia memberikan isyarat!!! Dua orang yang ikut dengannya segera mengeluarkan bendera merah!! Begitu melihat bendera merah terkibar!! Bunyi gemuruh pasukan Pajang membahana!!! Serempak keluar dari persembunyian masing-masing!! Perang besar akan segera terjadi!!!
Mata Arya Penangsang memerah!!
Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan menatapnya lekat-lekat! Dan mata Ki Juru Mertani serta Ki Ageng Pemanahan juga melirik usus Arya penangsang yang terburai dan tersampir diwarangka keris! Begitu keris itu dicabut, maka tamatlah riwayat Arya Jipang!!
“ Penangsang!!” teriak Ki Juru Mertani, ” Anak kecil itu putra Adipati Pajang!! Bunuh saja jika kamu berani!!!”
Arya Penangsang kalap!! Dia melihat anak kecil yang masih diinjak dengan kaki kanannya! Anak kecil yang tak lain adalah Danang Sutawijaya! Dengan diiringi geraman kemarahan yang tak tertahankan, dicabutnya Kyai Brongot Setan Koberdengan kasar!!! Arya Penangsang lupa, sebagian ususnya yang keluar tersampir disana!! Kemarahan membuat Arya Penangsang lupa!!
Begitu keris Kyai Brongot Setan kober tercabut, Arya Penangsang seketika menjerit keras!!! Ususnya ikut tercerabut seketika itu juga!!! Dengan tangan kanan yang terangkat keatas, gerakan Arya Penangsang terhenti!!! Tubuhnya tergetar hebat!!! Hanya sesaat!! Sejurus kemudian, tubuhnya tumbang ke tanah dan sekarat seketika itu juga!!!
Cepat Ki Ageng Pemanahan menarik tubuh Danang Sutawijaya yang ngeri ketakutan!! Dan langsung membawanya menjauhi arena!!
Dilain tempat, peperangan telah terjadi!! Pekik kemarahan berselang sering dengan jerit kesakitan!!! Tubuh-tubuh dari kedua prajurid bertumbangan ketanah!! Darah tertumpah!! Membuat aliran sungai menjadi berubah warna menjadi merah!!!
Senjata tajam berkelabatan tertimpa sinar matahari sore!! Berdenting! Mencicit mengincar nyawa lawan!! Nampak Patih Matahun mengamuk dibarisan depan!!
Ki Juru Mertani segera memerintahkan seorang kepala prajurid Pajang berteriak mengabarkan kematian Arya Penangsang! Yang diutus segera menjalankan tugas!! Sebentar saja, teriakan serupa disambut teriakan yang lain dari kepala pasukan Pajang!!
Berita kematian Arya penangsang membuat nyali pasukan Jipang menciut!!! Ditengah-tengah pertempuran dahsyat tersebut, dari sudut kesudut, terdengar suara bersahut-sahutan dari pasukan Pajang :
“Arya Penangsang wis matiiiiiiiiiii!!!!!”
(Arya penangsang sudah mati!!!)
Dampaknya luar biasa, sebentar saja, pasukan Jipang terdesak hebat!! Satu persatu, tubuh pasukan Jipang jatuh ketanah dengan luka menganga mengeluarkan darah segar!! Pasukan Pajang terus merangsak maju!!
“Aja mundur!!! Majuuuuuuuuuuu!!”
(Jangan mundur!! Majuuuuuu!)
Terdengar teriakan Patih Matahun, disusul oleh kepala pasukan Jipang yang lain! Namun percuma! Nyali pasukan Jipang sudah turun drastis!! Bahkan, dibeberapa sisi, pasukan Jipang sudah kocar-kacir!! Jika diteruskan, seluruh pasukan Jipang akan terbabat habis tak tersisa!! Pasukan Pajang mengamuk bagai banteng ketaton!!!
Namun, Patih Matahun tak berniat mundur!! Ki Ageng Pamanahan segera memacu kuda mendekati posisi Patih Matahun!! Melihat kehadiran Ki Ageng Pamanahan, Patih Matahun langsung menyerang!! Pertempuran kedua priyayi dari Pajang dan Jipang ini terjadi!! Namun bagaimanapun juga, semangat Patih tua ini juga sudah banyak luruh!! Sebentar saja, dia sudah terlihat terdesak hebat!! Dan pada akhirnya, sebuah tusukan telak mengarah dadanya!! Patih Matahun meringis kesakitan dan tumbang ketanah!!!
Melihat Patih Matahun-pun telah tewas, beberapa kepala pasukan Jipang panik!! Pasukan Pajang terus membabat habis lawannya tanpa ampun lagi!! Mayat-mayat bergelimpangan semakin banyak!! Aliran sungai telah berwarna merah dan berbau anyir!!
Dan menjelang malam tiba, pasukan Jipang kocar-kacir!!! Pasukan Pajang terus bergerak menuju ibukota! Penduduk ibukota Jipang panik. Pasukan Pajang merangsak masuk istana Jipang! Jerit ketakutan terdengar disana-sini!! Banguna istana segera menjadi sasaran perusakan pasukan Pajang tanpa ampun!! Beberapa sudut istana dibakar!! Perlawanan dari sisa-sisa pasukan Jipang tidak berarti sama sekali!! Sebentar saja, menjelang dini hari, istana Jipang Panolan telah dikuasai pasukan Pajang!!
Gamelan ditabuh menandakan kemenangan pasukan Pajang!! Keesokan harinya, kabar kemenangan itu diteruskan ke Pajang. Beberapa prajurid diutus memberikan laporan kepada Adipati Adiwijaya!! Seluruh bangsawan Pajang menyambut kemenangan itu dengan suka cita!!
Tak menunda waktu lama, diutuslah beberapa prajurid ke Jepara untuk mengabarkan hal serupa kepada Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat bergembira dan bersedia menyudahi tapa telanjangnya. Dia lantas ikut rombongan pasukan Pajang menuju ibukota Pajang.
Kemenangan orang Sela tersiar kemana-mana. Tewasnya Arya penangsangmembuat gempar seluruh bangsawan Jawa!! Tak terkecuali Sunan Kudus!!
Kini, tidak ada lagi penguasa Jawa yang kuat selain Adipati Adiwijaya di Pajang!! Beberapa minggu kemudian, upacara besar dilaksanakan. Disaksikan oleh para pembesar Demak Bintara, Ratu Kalinyamat menyerahkan tahta Demak Bintara kepada adik iparnya, Adipati Adiwijaya!! Keputusan ini banyak disokong oleh berbagai pihak!! Namun sesuai janji semula, Pajang harus berbentuk Kesultanan, bukan Kerajaan. Oleh karenanya, Adipati Adiwijaya lantas dikukuhkan sebagai seorang Sultan dengan gelar Kangjeng Sultan Adiwijaya. Kejadian ini bertepatan dengan tahun 1546 Masehi!
Putra Ki Ageng Pengging, kini telah resmi memegang tampuk pemerintahan Jawa. Ramalan Sunan Kalijaga, terbukti sudah!! Kini, Ki Mas Karebet atau Jaka Tingkir, telah menjadi seorang Raja, penguasa Tanah Jawa!!!
Tamat
(14 April 2010, by Damar Shashangka)
Seri Arya Penangsang